Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Container Icon

MAKALAH
KIMIA ORGANIK
ROMBEL IV
ANGGOTA KELOMPOK :
1.         SUCI ROHMAWATI                                    ( 6411413133 )
2.         RENGGANIS PRISKLATIWI                    ( 6411413153 )
3.         HANIATUL MAGHFIROH                         ( 6411413154 )
4.         MASRUROTUL KHOTIMAH                    ( 6411413155 )
5.         HENDRAWAN SETYA NUGRAHA          ( 6411413159 )
6.         ARIESTA PURNAMASARI                        ( 6411413160 )


JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013


DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................................2
DAFTAR TABEL..............................................................................................................4
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................5
KATA PENGANTAR.......................................................................................................6
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................7
Latar Belakang...................................................................................................................7
Tujuan................................................................................................................................7
Rumusan Masalah..............................................................................................................7
Manfaat..............................................................................................................................7
BAB 2 PEMBAHASAN...................................................................................................8
Sejarah Kimia Organik......................................................................................................8
Pengertian Kimia Organik...............................................................................................12
Gugus Fungsi dalam Kimia Organik...............................................................................13
Materi Kimia Organik.....................................................................................................13
Alkana..............................................................................................................................13
Alkena..............................................................................................................................19
Alkuna.............................................................................................................................22
Alkohol............................................................................................................................23
Eter..................................................................................................................................30
Aldehida dan Keton.........................................................................................................33
Asam Karboksilat............................................................................................................40
Polimer............................................................................................................................49
Contoh soal.....................................................................................................................53
BAB 3 PENUTUP...........................................................................................................54
Kesimpulan......................................................................................................................54
Saran................................................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................55

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1         Macam-macam Alkana.................................................................................17
Tabel 2.2     Perbandingan sifat fisik alkohol dan kelarutan dalam air dibandingkan dengan senyawa lain......................................................................26

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1     Struktur hidrogen pada metanol..................................................................25
Gambar 2.2     Pengunaan eter dalam bidang kesehatan sebagai obat bius........................33
Gambar 2.3     Getah karet...................................................................................................51
Gambar 2.4     Pipa yang terbuat dari plastik.......................................................................52                                                                           


KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang dengan ridho-Nya kita dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar. Sholawat dan salam tetap kami haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad saw dan untuk para keluarga, sahabat dan pengikut-pengikutnya yang setia mendampingi beliau. Terima kasih kepada keluarga, dosen pengampu dan teman-teman yang terlibat dalam pembuatan makalah ini yang dengan do'a dan bimbingannya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.
Dalam makalah ini, kami membahas tentang ”Kimia Organik” yang kami buat berdasarkan  refrensi yang kami ambil dari berbagai sumber, diantaranya buku dan internet. Makalah ini diharapkan bisa menambah wawasan dan pengetahuan yang selama ini kita cari. Kami berharap bisa dimafaatkan semaksimal dan sebaik mugkin.
Tidak ada gading yang tak retak, demikian pula makalah ini, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun tetap kami nantikan dan kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

                                                                                    Semarang , 17  September 2013


                                                                                                            Penyusun



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pada umumnya, senyawa dalam jasad hidup terdiri dari beberapa unsur yaitu: karbon, hidrogen,oksigen nitrogen dan disamping itu belerang dan fosfor. Kenyataan ini membawa kita pada defenisi kimia organik, yaitu cabang ilmu kimia yang khusus mempelajari senyawa karbon. Dengan demikian dalam penulisan makalah ini, penulis berusaha untuk mengumpulkan materi-materi atau bahan yang sangat mendukung dalam penyelesaian paper ini. Terutama tentang kimia organik dan peranannya dalam  kehidupan sehari-hari. Serta kita dapat mengetahui kriteria-kriteria yang ada dalam kimia organik.
1.2 Tujuan
 Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk menambah wawasan kita dalam mempelajari mata kuliah kimia, mengetahui  penerapan kimia organik dan manfaat kimia organik dalam kehidupan.
1.3 Rumusan Masalah
·         Materi apa saja yang terdapat dalam kimia organik?
·         Bagaimana penerapan kimia organik dalam kehidupan?
·         Apa manfaat kimia organik dalam kehidupan ?

1.4  Manfaat
·         Untuk menambah wawasan kita dalam mempelajari kimia
·         Untuk mengetahui penerapan kimia organik dalam kehidupan
·         Untuk mengetahui manfaat kimia organik dalam kehidupan
·         Mempererat keakraban dengan teman satu kelompok
·         Kebersamaan yang sangat erat dan kerjasama antar kelompok




BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Kimia 
Sejarah perkembangan kimia organik telah diawali sejak jaman dahulu dengan perkembangan teknik peleburan logam, pencelupan tekstil, kaca, dan mentega untuk keju. Ini awal teknik kimia dari hampir semua penemuan-empiris. Artinya, perkembangan penemuan ilmu kimia diperoleh dari pengamatan atau bahkan dari kejadian yang tak diduga dan kecelakaan. Pengalaman tentang penemuan diturunkan secara turun temurun ke generasi berikutnya. Untuk contoh, karena tembaga ditemukan dalam keadaan logam bebas, tembaga pertama kali ditempa hingga dihasilkan peralatan yang beraneka ragam. Kemudian perkembangan berlanjut berdasar pengetahuan kemudian tembaga dileburkan, yang mungkin salah satu logam pertama yang dipisahkan dari campuran bijih logam. Empirisme mulai berkurang dengan filsuf Yunani yang memulai diskusi pertama yang sistematis tentang sifat materi dan transformasi. Ada banyak filosofi dan sekolah yang tumbuh di sekitar hidup para filsuf. Salah satu yang menjadi daya tarik khusus ahli kimia yakni dari teori atomis. Democritus (460-370 SM) mengemukakan gagasan atom. Democritus berpikir bahwa atom adalah partikel padat dan bahwa atom ada dalam kekosongan tapi bisa bergerak dan berinteraksi satu sama lain, dengan demikian, membentuk alam berbagai sistem dunia. Namun, Aristoteles dan Plato menolak filsafat atom, dan tidak sampai awal abad kesembilan belas Dalton mengusulkan awal dari teori atom modern.
Socrates, Plato, dan Aristoteles memiliki dampak terbesar pada filsafat Yunani. Socrates merasa bahwa mempelajari sifat manusia dan hubungannya jauh lebih penting daripada mempelajari ilmu pengetahuan alam. Dia melakukan pengamatan yang bermanfaat bagi perkembangan selanjutnya dari ilmu pengetahuan dengan menekankan bahwa definisi dan klasifikasi harus jelas, bahwa argumen logis dan ilmiah, dan menjadi skeptisisme rasional. Plato mengadopsi filosofi bahwa ada empat elemen: api, udara, air, dan bumi. Aristoteles menambahkan ke empat elemen empat kualitas yang terkait: panas, dingin, basah, dan kering. Dia percaya bahwa setiap elemen memiliki dua kualitas ini ditransmutasikan menjadi unsur lain dengan mengubah kualitasnya. Untuk misalnya, bumi sudah kering dan dingin, tapi bisa berubah menjadi api dengan mengubah kualitas untuk panas dan kering. Teori-teori ini tetap penting selama hampir dua ribu tahun. Yang terpenting adalah karya ilmiah yang terjadi di Alexandria. Sayangnya, sedikit dari karya itu yang myenyentuh di bidang kimia. Saat itu di Alexandria, menjelang akhir abad pertama SM, alkimia barat mulai berkembang. Alkimia adalah campuran filsafat, agama, atau spiritual, ide, astrologi, dan keterampilan teknis empiris.
Berdasarkan teori bahwa semua materi terdiri dari api, udara, air, dan bumi dengan kualitas yang terkait dari panas, dingin, basah dan kering dan dengan mengubah kualitas dari satu bentuk materi maka bisa mengubahnya ke bentuk lain, para filsuf berpikir jika mereka adalah sistem untuk mengubah materi dari satu bentuk ke bentuk lainnya dalam waktu maka mereka bisa mendapatkan logam yang sempurna. Mereka tidak hanya bekerja untuk membentuk logam sempurna tetapi juga untuk membentuk cairan kehidupan yang akan memberi mereka kesempurnaan rohani.
Dari Alexandria, alkimia cepat menyebar ke seluruh dunia. Untuk seribu lima ratus tahunberikutnya, banyak praktisi yang membujuk donator kaya untuk mendukung usaha mereka dalam penelitian dengan janji bahwa kekayaan tak terbatas hanya mengubah timah atau besi menjadi emas atau perak. Banyak alkemis benar-benar percaya bahwa suatu tempat di alam sana ada sebuah prosedur yang akan membentuk logam mulia dari bahan dasar. Ketika mereka bekerja untuk menemukan prosedur, mereka belajar banyak tentang ilmu pengetahuan, meskipun mereka bukan ilmuwan dalam arti modern.
Apa yang diberikan alkimiawan kepada ilmu adalah dasar eksperimental dari mana muncul teori-teori kimia modern. Karena alkemis menjanjikan prestasi kimia mungkin dan melakukan tidak mengikuti metode ilmiah modern, sejarawan sering menyebut saat ini periode "zaman kegelapan" ilmu pengetahuan. Namun, logika mereka cukup kuat. Tujuan mereka untuk mengubah materi dari satu bentuk ke bentuk lainnya adalah hasil dari melihat banyak perubahan dramatis yang mereka bisa lihat di alam. Untuk Misalnya, dalam api, kayu hanya "menghilang" meninggalkan sejumlah kecil abu. Dengan demikian, sebagai alkemia mengamati perubahan dramatis seperti ini, mereka beralasan bahwa itu harus mudah untuk membuat jenis lain dari perubahan-seperti mengubah timah menjadi emas. Mereka tidak memiliki cara untuk mengetahui bahwa mengubah timah menjadi emas melibatkan jenis yang sama sekali berbeda perubahan dibandingkan dengan menggunakan api untuk mengubah kayu menjadi abu.
Bergerak ke arah kimia modern membutuhkan waktu yang lama. Fisika dan obat-obatan telah memberikan dasar eksperimental, tetapi pertama sikap filsuf terhadap alam harus berubah ke arah yang lebih pendekatan induktif. René Descartes menganjurkan, hanya menerima hal-hal yang dapat buktikan. Mungkin kendala terbesar untuk kimia modern adalah identitas kimia. Ada kebutuhan untuk menggantikan empat elemen alkemi dengan pemahaman atom. Para ilmuwan perlu memahami bahwa identitas substansi tetap sama bahkan ketika zat yang menjadi bagian dari zat lain. Sebagai contoh, tembaga selalu tembaga bahkan ketika dicampur dengan seng untuk membentuk perunggu, paduan tembaga. Robert Boyle (1627-1691) tidak banyak yang harus dilakukan jauh dengan pandangan dari empat elemen, serta memulai studi gas (atau udara). Banyak ilmuwan mempelajari gas dan mampu mengisolasi terisolasi sejumlah senyawa gas murni, tetapi mereka semua berpikir terbatas bahwa gas-gas ini dianggap udara sangat murni atau udara sangat tidak murni.
Antoine Lavoisier (1743-1794) akhirnya mengklasifikasikan kimia ke suatu ilmu yang berdiri sendiri sebagai ilmu pengetahuan modern dengan pengakuan bahwa oksigen tidak hanya udara sangat murni, hal ini merupakan elemen-benar terpisah. Pada awal abad kesembilan belas, seperti ilmu kimia modern mulai berkembang, ahli kimia sebagian besar mengabaikan kimia organik, melihatnya secara baik sebagai medis atau biologis terkait karena hampir semua senyawa organik yang dikenal berasal dari organisme hidup, baik tanaman dan hewan. Pengecualian untuk ini adalah Lavoisier, yang sangat tertarik dalam kimia organik dan dianggap itu sebagai bagian dari ilmu kimia. Dia melihat beberapa senyawa organik dan menemukan bahwa semua karbon yang terkandung. Karena senyawa organik jauh lebih kompleks dan tidak stabil daripada senyawa anorganik yang disintesis pada saat itu, ahli kimia tidak sengaja disiapkan apapun dan, pada kenyataannya, berpikir bahwa mereka tidak mungkin untuk mempersiapkan material organik. Mereka percaya bahwa senyawa ini datang hanya dari organisme hidup. Artinya, pembentukan diketahui senyawa organik, seperti urea, pati, minyak, dan gula, diperlukan beberapa "kekuatan vital" yang dimiliki oleh organisme hidup. Dengan demikian, organik kimia menjadi studi senyawa memiliki kekuatan vital, atau vitalisme. Beberapa kimiawan merasa bahwa, karena "kekuatan vital," senyawa organik tidak mengikuti aturan yang sama bahwa senyawa lain lakukan.
Tidak terpengaruh oleh sikap mengenai kimia organik, Michel Chevreul memulai untuk mempelajari komposisi lemak menggunakan proses penyabunan, atau pembuatan sabun. Pada 1816, Chevreul memisahkan sabun menjadi beberapa senyawa organik murni dan menemukan bahwa senyawa yang dipisahkannya sangat berbeda dari lemak yang ia mulai dengan hal yang tidak sengaja. Untuk melakukan pekerjaannya, Chevreul pertama membuat sabun. Dia mengulangi memproses berkali-kali membuat sabun dari beberapa sumber lemak dan alkali. Kemudian, setelah ia terpisah dari sabun gliserin, ia memisahkan sabun menjadi asam berbagai lemak. Dia menyebut senyawa asam lemak karena ia telah diisolasi dari sabun, yang telah dibuat dari lemak hewan. Sebelumnya orang tidak memiliki pemahaman bahwa reaksi kimia berlangsung selama proses pembuatan sabun. Mereka berpikir bahwa sabun hanyalah kombinasi lemak dan alkali. Sayangnya, ahli kimia lainnya membutuhkan waktu lama untuk mengakui pentingnya kerja Chevreul itu.
Ahli kimia lain yang membawa vitalisme ke arah kemajuan adalah Friedrich Wöhler dengan sintesis urea pada tahun 1828-saat ia berkata, "tanpa penggunaan ginjal ". Reaksi berikut adalah sintesis urea menggunakan bahan awal amonium hidroksida cair dan sianogen. Tujuan Wöhler bukanlah untuk mensintesis urea, ia berusaha untuk membuat cyanate amonium (NH4OCN), yakni suatu senyawa yang ia butuhkan untuk penelitiannya. Bahkan, ia mungkin telah menjadi frustrasi karena dia mencoba untuk membuat cyanate amonium dengan rute yang berbeda. Dia mencoba mereaksikan perak cyanate dengan amonium klorida, penalarannya bahwa perak klorida tidak larut dan akan mengendap dari larutan. Dia mencoba mereaksikan cyanate dengan amonium hidroksida. Akhirnya, ia mencoba amonium hidroksida cair dan sianogen. Tapi, setiap hasil yang menghasilkan substansi kristal putih yang sama itu bukan yang produk diinginkan. Wöhler, namun, Wöhler membuat tanda dalam sejarah kimia dengan memutuskan untuk mengidentifikasi zat yang tidak diketahui ini. Setelah diidentifikasi zat tersebut adalah urea, Wöhler juga mengakui pentingnya penemuannya. Karena itu Wöhler menulis pada tahun 1828 penelitian memberikan hasil yang tak terduga. yang lebih penting karena memberi perubahan contoh membuat produksi zat organik dari bahan anorganik.
Chevreul dan Wöhler telah mengubah studi organik kimia selamanya. Ahli kimia lainnya melihat pekerjaan yang telah dilakukannya Chevreul dan Wöhler, mereka melihat bahwa ahli kimia memang bisa mensintesis senyawa karbon tanpa organisme hidup. Mereka kemudian mulai membuat senyawa karbon dan mempelajarinya. Segera setelah itu banyak ahli kimia telah mencapai keberhasilan yang luar biasa dalam metode baru dari sintesis senyawa organik. Tak pelak lagi, seseorang akan mengambil perkembangan baru dari penelitian laboratorium kimia organik dan menemukan cara untuk memasarkannya. William Henry Perkin adalah orang pertama yang melakukannya. Pada tahun 1856, pada usia 18 tahun, saat berlibur dari Royal College London, Perkin sedang bekerja di laboratorium rumahnya. Sementara mencoba untuk membuat kina, pekerjaan yang tidak diselesaikan sampai tahun 1944, ia sengaja disintesis pewarna ungu muda sekarang disebut Perkin. Tahun berikutnya, dengan menggunakan uang yang dipinjam dari ayahnya, ia membangun sebuah pabrik dan memasarkan baru pewarna. Dari sana, ia bekerja dengan tar batubara dan menemukan bahwa tar batubara adalah sumber yang kaya bahan awal untuk berbagai pewarna baru.
Langkah lain dalam kemajuan kimia organik adalah pengeboran sumur minyak pertama di Pennsylvania pada tahun 1859. Minyak dipompa dari sumur menyediakan sumber baru, murah, dan berlimpah senyawa karbon. Saat ini industri petrokimia memasok baku bahan untuk ribuan produk yang berbeda, termasuk berbagai keperluan dari bahan peledak dan bahan bakar untuk farmasi dan pertanian bahan kimia.
Pada tahun 1895, Perusahaan Bayer dari Jerman mendirikan industri farmasi. Kemudian pada 1899, perusahaan mulai memasarkan aspirin, sebagai hasil dari karya Felix Hoffmann. Hoffmann belajar bagaimana mempersiapkan aspirin dari asam salisilat alami. Selama ratusan tahun, orang telah mengunyah kulit pohon willow untuk meringankan rasa sakit. Kulit pohon willow mengandung asam salisilat analgesik. Aspirin adalah asam salisilat unggul sebagai analgesik karena menghasilkan obat yang kurang berefek samping iritasi pada lambung dan efektif memperlakukan rasa sakit. Pada awal kimia, ahli kimia belajar banyak tentang senyawa sederhana yang biasanya tidak ditemukan dalam sistem hidup, tetapi mereka belajar sedikit tentang senyawa organik yang ditemukan dalam sistem kehidupan. Mereka terlalu kompleks untuk alat analisis sederhana yang tersedia di abad kesembilan belas dan kedua puluh awal abad. Dengan demikian, kemajuan lambat dalam memahami kimia sistem kehidupan. Perkembangan selanjutnya dari alat analisis yang kuat membuat wawasan molekul biologis penting menjadi banyak dan membuka daerah baru untuk penelitian ilmiah.
2.2 Pengertian Kimia Organik
Kimia organik adalah salah satu bidang ilmu kimia yang mempelajari struktur, sifat, dan komposisi suatu senyawa. Kimia organik juga sering disebut sebagai kimia karbon, karena unsur yang dipelajari dalam kimia organik adalah unsur yang mengandung karbon, hidrogen, oksigen, biasanya dengan tambahan nitrogen, belerang, dan fosfor. Salah satu contoh senyawa organik adalah TNT (trinitrotoluena) yang digunakan sebagai bahan peledak. TNT tersusun atas atom-atom karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Di bawah ini adalah struktur dua dan tiga dimensi (versi balls and sticks) dari senyawa TNT. Atom hitam adalah karbon, abu-abu adalah hidrogen, merah adalah oksigen, dan biru adalah nitrogen.
 
Setiap makhluk hidup tersusun atas senyawa organik. Diambil istilah organik karena dahulu kala banyak senyawa yang disintesis dari makhluk hidup, seperti selulosa, pati, lemak, dll.
2.3 Gugus Fungsi dalam Kimia Organik
Salah satu bahasan dalam kimia organik, yang membedakan dengan kimia anorganik adalah adanya sebuah pola yang disebut deret homolog. Setiap senyawa organik mempunyai gugus yang spesifik dimana setiap gugus tersebut berbeda sifat dan reaktivitasnya. Inilah yang disebut gugus fungsional. Gugus fungsi adalah suatu atom atau kumpulan atom yang melekat pada suatu senyawa dan berperan memberikan sifat yang khas pada senyawa.
Semua senyawa organik yang mempunyai gugus fungsional yang sama akan ditempatkan pada deret homolog yang sama. Berdasarkan gugus fungsi, dapat dibuat klasifikasi senyawa organik yang memudahkan kimia organik untuk dipelajari.
2.4 Materi Kimia Organik

2.4.1 Alkana

2.4.1.1 Pengertian Alkana

Senyawa organik yang paling sederhana adalah hidrokarbon. Hidrokarbon hanya terdiri dari dua unsur, yaitu karbon (C) dan hidrogen (H). Hidrokarbon jenuh atau yang disebut dengan alkana adalah hidrokarbon yang keseluruhan ikatannya adalah ikatan tunggal. Masing-masing karbon membentuk empat ikatan dan masing-masing hidrogen membentuk satu ikatan dengan karbon. Ikatan pada masing-masing hidrokarbon adalah tetrahedralReaksi Terhadap Alkana

Alkana sangat tidak reaktif terhadap sebagian besar pereaksi. Alkana merupakan senyawa nonpolar dan hanya memiliki ikatan-ikatan sigma yang kuat. Alkana dapat bereaksi dengan oksigen dan halogen pada kondisi tertentu. Inilah beberapa reaksi yang bisa dilakukan terhadap senyawa golongan alkana.

2.4.1.2 Tata Nama Alkana

·    Nama induk alkana diambil dari rantai terpanjang
·    Jika ada dua atau lebih rantai yang panjangnya sama, maka diambil yang mempunyai cabang terbanyak.
·    Rantai karbon dihitung dari cabang terdekat.
·    Jika ada dua macam cabang yang dekatnya sama, maka dihitung dari cabang terdekat berikutnya.
·    Jika ada cabang yang sama, maka ada awalan sesuai dengan jumlah cabang yang sama, yaitu di-, tri- tetra- berturut-turut untuk dua, tiga, dan empat cabang yang sama.

2.4.1.3 Reaksi Terhadap Alkana

·         Oksidasi

Alkana bila bereaksi dengan oksigen dalam jumlah yang memadai (teroksidasi sempurna) membentuk CO2 dan H2O disertai pembebasan panas. Contoh:
CH4 + 2 O2 → CO2 + 2H2O + panas.

·         Halogenasi

Alkana bereaksi dengan halogen di bawah pengaruh panas atau sinar ultraviolet. Contoh:
CH4 + Cl2 → CH3Cl + HCl
Pada contoh reaksi di atas terjad ipenggantian satu atom H pada metana oleh atom halogen. Reaksi ini termasuk reaksi substitusi dan karena substitusinya halogen, maka disebut dengan halogenasi.

·         Nitrasi

Reaksi alkana dengan HNO3 pada suhu 150-475˚ C mengakibatkan terjadinya substitusi atom H pada alkana oleh gugus -NO2 (gugus nitro). Reaksi substitusi semacam ini dinamakan reaksi nitrasi,dan secara umum dituliskan dengan persamaan reaksi:
R-H + HO-NO2 → R-NO2 + H2O
Seperti halnya halogenasi, atom-atom H dalam alkana berbeda laju reaksinya dalam nitrasi sehingga hasil nitrasi cenderung membentuk campuran. Contoh:
CH3CH2CH3 + HNO3 → CH3CH2CH2NO2 + CH3CH(NO2)CH3

·         Sulfonasi

     Reaksi alkana dengan asam sulfat pekat berasap (oleum) menghasilkan asam alkana sulfonat dan dituliskan dengan persamaan reaksi umum:
R-H + HO-SO3H → RSO3H + H2O
Dalam reaksi di atas terjadi substitusi satu atom H pada alkana oleh gugus -SO3H dan subsritusi ini dinamakan sulfonasi.

2.4.1.4 Sifat Fisik Alkana

Alkana merupakan suatu senyawa organik. Alkana merupakan suatu hidrokarbon yang bersifat jenuh, dikarenakan tidak mempunyai ikatan rangkap. Alkana hanya terdiri dari atom karbon dan hidrogen dengan rumus empiris CnH2n+2. Di sini akan dibahas sifat-sifat fisik dari senyawa alkana pada umumnya.
                                   

2.4.1.5 Wujud Alkana

1.        Semua alkana tidak berwarna dan  memiliki bau yang khas.
2.        Alkana rantai pendek (C1 sampai C4) berupa gas, rantai sedang (C3 sampai C17) berupa cairan dan jika lebih panjang berbentuk padatan.
3.        Titik didih alkana meningkat seiring kenaikan berat molekul. Hal ini dikarenakan meningkatnya gaya van der Waals sebanding dengan kenaikan berat molekul.
4.        Cabang alkana menyebabkan penurunan luas permukaan yang mengakibatkan penurunan gaya van der Waals. Itulah sebabnya titik didih pentana > isopentana > neopentana
5.        Titik leleh alkana tidak menunjukkan keteraturan. Alkana dengan jumlah atom karbon genap memiliki titik leleh lebih tinggi dibandingkan yang mempunyai jumlah atom karbon ganjil.
6.        Kecenderungan abnormal pada titik leleh mungkin karena alkana dengan atom karbon ganjil memiliki atom karbon di sisi berlawanan. Jadi alkana dengan atom karbon genap dapat dikemas erat dalam kisi kristal membuat gaya tarik antarmolekul menjadi lebih besar.

2.4.1.6 Isomer  Struktur  Alkana

Senyawa-senyawa yang mempunyai rumus molekul sama tetapi rumus strukturnya berbeda (dalam hal terikatnya atom-atom dalam molekul) disebut isomer-isomer struktur.

Contoh Isomer Struktur

Misalnya alkana dengan rumus molekul C4H10 mempunyai dua buah isomer struktur, yang masing-masing diberi nama butana dan 2-metilpropana (isobutana). Butana dan 2-metilpropana adalah dua senyawa yang berbeda strukturnya dan mempunyai sifat-sifat fisika dan kimia yang berbeda pula.
 

2.4.1.7 Macam-Macam Alkana

·         Alkana Rantai Lurus

Rumus umum alkana adalah CnH2n+2 dimana n adalah jumlah atom karbon pada molekul alkana. Ada dua buah cara untuk menulis rumus struktur. Sebagai contoh, butana dapat dituliskan sebagai CH3CH2CH2CH3 atau CH3(CH2)2CH3.
Tabel 2.1 Macam-macam Alkana
Jumlah Karbon
Nama
Rumus Molekul
Rumus Struktur
Metana
CH4 
CH4 
Etana
C2H6 
CH3CH3 
Propana
C3H8 
CH3CH2CH3 
Butana
C4H10 
CH3CH2CH2CH3 
Pentana
C5H12 
CH3CH2CH2CH2CH3 
Heksana
C6H14 
CH3(CH2)4CH3 
Heptana
C7H16 
CH3(CH2)5CH3 
Oktana
C8H18 
CH3(CH2)6CH3 
Nonana
C9H20 
CH3(CH2)7CH3 
10 
Dekana
C10H22 
CH3(CH2)8CH3 

·         Alkana Bercabang

Ø  Cabang (substituen) yang mempunyai cabang, dinomori dari karbon substituen yang melekat pada rantai induk.
Ø  Penomoran substituen dimulai dari karbon yang melekat pada rantai induk.
Ø  Keseluruhan nama dari cabang substituen ditulis dalam kurung, dengan didahului nomor yang mencerminkan induk yang mana karbon itu bergabung.
Ø  Substituen ditulis urut abjad. Untuk mengurutkan sesuai abjad, abaikan awalan (di-, tri, tetra-) tetapi jangan abaikan posisi seperti iso- dan tert-

·    Alkana Siklis

Ø Rantai induk ditentukan dari karbon yang membentuk cincin terbesar (misal, sikloalkana adalah sikloheksana)
Ø Ketika dua cincin bergabung, cincin yang lebih besar adalah yang menjadi rantai induk, sedangkan yang kecil menjadi cabang sikloalkil.

2.4.1.8 Penggunaan Alkana

          Senyawa alkana dekat dengan kehidupan manusia. Penerapan senyawa alkana dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut:
·         Metana untuk bahan bakar roket
·         Butana untuk pengisi korek api
·         Pentana banyak digunakan untuk kebutuhan industri
·         Heksana dapat digunakan untuk mengisolasi senyawa alam yang sifatnya non polar
·         Pentana (bensin) digunakan untuk kendaraan bermotor.
·         Iso-oktana adalah bensin dengan kualitas tinggi (biasa disebut pertamax)
·         Sebagai bahan pembuatan polimer
·         Sebagai intermediet dalam sintesis senyawa organik

2.4.1.9 Isomer Cis-Trans

          Isomer sistem cis-trans adalah cara yang paling umum digunakan untuk menujukkan konfigurasi alkena. Cis mengandung pengertian bahwa substituen terletak pada bidang yang sama, sedangkan trans mengandung pengertian bahwa substituen terletak pada bidang yang berseberangan. Dengan sistem ini tidak lagi dijumpai keraguan isomer manakah yang diberi nama cis-2-butena dan manakah trans-3-heksena.

                       
          Untuk alkena yang lebih kompleks, orientasi atom-atom pada rantai utama menentukan apakah alkena termasuk cis atau trans. Misalnya, rumus struktur isomer cis-3,4-dimetil-2-pentena. Pada contoh ini, atom-atom karbon rantai utama nomor 1 dan 4 terletak pada sisi yang sama terhadap ikatan rangkap, sehingga diberi nama cis.
                                               
2.4.2 Alkena

2.4.2.1 Pengertian Alkena

Alkena merupakan salah satu senyawa hidrokarbon alifatik yang bersifat tidak jenuh, tetapi cukup bersifat reaktif. Istilah yang digunakan adalah tidak jenuh, yang menandakan bahwa alkena mengandung atom hidrogen yang kurang dari jumlah semestinya, jika dihubungkan dengan jumlah atom karbonnya.
Gugus fungsi alkena yang utama adalah adanya ikatan rangkap dua antar karbon (C=C). Gugus fungsi ini sangat mempengaruhi reaksi pada golongan alkena. Secara umum, reaksi yang dapat terjadi pada alkena dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu reaksi pada ikatan rangkap dan reaksi di luar ikatan rangkap. Reaksi alkena yang terjadi pada ikatan rangkap dinamakan reaksi adisi, sedangkan di luar katan rangkap dinamakan reaksi substitusi.
Hidrokarbon alifatik tak jenuh dapat juga mengandung lebih dari satu ikatan rangkap, sebagai contoh adalah senyawa alkadiena. Alkadiena adalah hidrokarbon alifatik tak jenuh yang mengandung dua buah ikatan rangkap.

2.4.2.2 Tata Nama Alkena

·         Nama IUPAC Alkena

Menurut aturan IUPAC, tata nama alkena berasal dari alkana yang berakhiran -ana menjadi alkena yang berakhiran -ena. Sebagai contoh yang sederhana, 1-pentena mempunyai rumus CH2=CHCH2CH2CH3, sedangkan 2-pentena mempunyai rumus struktur CH3CH=CHCH2CH3. Pemberian angka 1 dan 2 di depan nama pentena tersebut tentu saja merujuk pada posisi ikatan rangkap dua dalam senyawa. Karbon-karbon dalam alkena yang rumit dinamai sedemikian rupa sehingga karbon yang berikatan rangkap dinomori dengan nomor yang paling rendah. Perhatikan senyawa berikut ini:
Pada senyawa 3-metil-2-propil-1-pentena di atas, yang menjadi rantai utama adalah yang mempunyai ikatan rangkap (terdiri dari 5 atom karbon). Maka senyawa tersebut dinamai dengan 1-pentena sesuai dengan jumlah rantai induknya.


·    Nama Trivial Alkena

Nama trivial adaah nama umum yang diberikan kepada beberapa struktur khusus alkena. Sebagai contoh, etena mempunyai nama trivial etilena; propena mempunyai nama trivial propilena; dan 2-metilpropena mempunyai nama trivial isobutilena.
Ada juga nama gugus fungsi trivial alkena yang didasarkan pada kedudukan dan jumlah rantai alkena. Sebagai contoh gugus alkenil CH2= diberi nama metilena; gugus fungsi CH2=CH- diberi nama vinil; dan CH2=CH-CH2 diberi nama alil.

2.4.2.3 Struktur Alkena

Alkena merupakan hidrokarbon tidak jenuh dengan sebuah ikatan rangkap. Suatu alkena mengikuti rumus umum CnH2n. Sebagai contoh adalah etena yang mempunyai rumus molekul C2H4 dan propena yang mempunyai rumus molekul C3H6. Inilah rumus struktur etena dan propena:
Berdasarkan teori tolakan pasangan elektron valensi (Valence Shell Electron Pair Repulsion, VSEPR), dapat diramalkan bahwa ikatan antar karbon membentuk sudut sekitar 120º, walaupun nyatanya tidak selalu tepat demikian. Pada gambar di atas, etena mempunyai sudut ikatan sebesar 121,7º, sedangkan sudut ikatan pada propena adalah 124,7º. Besarnya sudut ikatan ini dipengaruhi oleh besarnya gugus yang terikat oleh atom karbon yang mempunyai ikatan rangkap. Sudut akan semakin besar jika gugus yang diikat juga semakin besar.



2.4.2.4 Manfaat Alkena

Penggunaan alkena dalam kehidupan adalah:
·         Bahan pembuatan etanol dan etilen glikol.
·         Bahan pembuatan plastik seperti polietilen
·         Bahan pematangan buah seperti nanas, apel, dan jeruk.

2.4.3 Alkuna

2.4.3.1 Pengertian Alkuna

Alkuna adalah suatu golongan hidrokarbon alifatik yang mempunyai gugus fungsi berupa ikatan ganda tiga karbon-karbon (-C≡C-). Seperti halnya ikatan rangkap dalam alkena, ikatan ganda tiga dalam alkuna juga disebut ikatan tidak jenuh. Ketidakjenuhan ikatan ganda tiga karbon-karbon lebih besar daripada ikatan rangkap. Oleh karena itu kemampuannya bereaksi dengan pereaksi-peraksi yang dapat bereaksi dengan alkena juga lebih besar. Hal inilah yang menyebabkan golongan alkuna memiliki peranan khusus dalam sintesis senyawa organik.

2.4.3.2 Sifat Fisika dan Kimia Alkuna

Wujud Alkuna

Tiga alkuna dengan rantai anggota terpendek (etuna, propuna, dan butuna) merupakan gas tak berwarna dan tak berbau. Adanya pengotor berupa gas fosgen (ClCOCl), etuna (asetilena) berbau seperti bawang putih. Delapan anggota selanjutnya berwujud cair, dan jika rantai semakin panjang maka wujud alkuna adalah padatan pada tekanan dan temperatur standar. Semua alkuna mempunyai massa jenis lebih kecil daripada air.

Kelarutan Alkuna

Alkuna tidak larut dalam air, namun cukup larut dalam pelarut organik seperti benzena, eter, dan karbon tetraklorida.

Titik Leleh dan Titik Didih Alkuna

          Titik leleh dan titik didih alkuna semakin meningkat seiring dengan kenaikan massa molekul. Selain itu, titik leleh dan titik didih alkuna dipengaruhi oleh percabangan, seperti halnya alkana dan alkena.

2.4.3.3 Penggunaan Alkuna

Manfaat alkuna dalam kehidupan adalah:
1.      Gas asetilena (etuna) digunakan untuk bahan bakar las. Ketika asetilena dibakar dengan oksigen maka dapat mencapai suhu 3000º C. Suhu tinggi tersebut mampu digunakan untuk melelehkan logam dan menyatukan pecahan-pecahan logam.
2.      Asetilena terklorinasi digunakan sebagai pelarut. Asetilena klorida juga digunakan untuk bahan awal pembuatan polivinil klorida (PVC) dan poliakrilonitril.
3.      Karbanion alkuna merupakan nukleofil yang sangat bagus dan bisa digunakan untuk menyerang senyawa karbonil dan alkil halida untuk melangsungkan reaksi adisi. Dengan demikian sangat penting untuk menambah panjang rantai senyawa organik.

2.4.4 Alkohol

2.4.4.1 Pengertian Alkohol

Alkohol adalah senyawa organik yang mengandung gugus fungsi hidroksi (-OH). Alkohol bisa berasal dari alkana, alkena, maupun alkuna dengan adanya pergantian gugus alkil dengan gugus hidroksi pada atom karbon jenuh.

Rumus umum alkohol adalah R-OH, dimana R adalah gugus alkil, alkenil, atau alkunal. Pada kasus substitusi alkena dan alkuna hanya terjadi pada karbon jenuh (karbon yang tak memiliki ikatan rangkap). Sebagai contoh, propanol memiliki rumus struktur CH3-CH2-CH2-OH. Sedangkan 2-propenol memiliki rumus struktur CH2=CH-CH2-OH. Dan 2-propunol memiliki rumus struktur CH≡C-CH2-OH.
Jika gugus hidroksi digantikan oleh hidrogen pada karbon tak jenuh, alkohol tidak akan dapat terbentuk. Sebagai gantinya, maka akan terjadi proses tautomerisasi. Sebagai contoh, penggantian gugus hidroksi pada karbon terminal menjadi hidrogen pada 1-propena akan menghasilkan enol yang tak stabil yang bertautomerisasi menjadi keton.

2.4.4.2 Tata Nama Alkohol

·         Tata Nama IUPAC Alkohol

Nama sistem IUPAC untuk senyawa alkohol disesuaikan dengan alkana induknya. Perbedaannya, jika dalam alkana diakhiri dengan -a, maka untuk alkohol diakhiri dengan -ol. Sebagai contoh, propana dengan akhiran -ol akan menjadi propanol. Aturan tata nama alkohol menurut IUPAC adalah sebagai berikut:
1.      Ambil rantai paling panjang yang mempunyai gugus hidroksi (-OH). Nama induk alkohol berasal dari nama alkana pada panjang rantai yang sama dengan menggantikan akhiran -a menjadi akhiran -ol. Perhatikan rumus struktur propanol:
                          
2.      Urutkan rantai induk sehingga atom karbon yang mengikat gugus hidroksi mempunyai nomor sekecil mungkin. Letakkan posisi gugus hidroksi di depan nama induk.
                          
               Tentukan posisi dan nama gugus fungsi lain selain gugus hidroksi. Sebagai contoh:

·         Tata Nama Trivial Alkohol 

Nama trivial alkohol dinyatakan dengan nama gugus fungsi alkil yang mengikat gugus hidroksi diikuti dengan kata alkohol. Dengan demikian etanol yang mempunyai rumus struktur CH3CH2OH mempunyai nama trivial etil alkohol. 

2.4.4.3 Sifat Fisika Alkohol

Alkohol mengandung gugus polar yaitu gugus hidroksi (-OH) yang bersifat hidrofilik dan juga mengandung gugus nonpolar yaitu gugus alkil (-R) yang bersifat lipofilik. Hasil dari susunan ini, ketika alkohol mempunyai jumlah rantai karbon yang kecil, maka alkohol akan bersifat polar dan akhirnya dapat larut dalam air. Semakin panjang rantai alkil, kelarutan alkohol dalam air akan semakin kecil.
Dengan gugus -OH, alkohol mampu membentuk ikatan hidrogen pada dirinya sendiri, alkohol lain, molekul netral, maupun anion. Inilah ilustrasi ikatan hidrogen pada metanol.
Gambar 2.1 Struktur hidrogen pada metanol

Pembentukan ikatan ini menyebabkan titik didih abnormal jika dibandingkan dengan molekul organik dengan jumlah rantai karbon yang sama. Inilah perbandingan sifat fisik alkohol dan kelarutan dalam air dibandingkan dengan senyawa lain yang mempunyai jumlah rantai karbon yang sama, seperti pada haloalkana.
Tabel 2.2 Perbandingan sifat fisik alkohol dan kelarutan dalam air dibandingkan dengan senyawa lain.
Rumus Struktur
Nama IUPAC
Nama Umum
Titik Leleh (ºC)
Titik Didih (ºC)
Kelarutan dalam H2O pada 23ºC
CH3OH
Metanol
Metil alkohol
-97,8
65,0
Tak terbatas
CH3Cl
Klorometana
Metil klorida
-97,7
-24,2
0,74 g/100 mL
CH4
Metana
-182,5
-161,7
3,5 mL (gas)/ 100 mL
CH3CH2OH
Etanol
Etil alkohol
-114,7
78,5
Tak terbatas
CH3CH2Cl
Kloroetana
Etil klorida
-136,4
12,3
0,447 g/100 mL
CH3CH3
Etana
-183,3
-88,6
4,7 mL (gas)/ 100 mL
CH3CH2CH2OH
1-Propanol
Propil alkohol
-126,5
97,4
Tak terbatas
CH3CH2CH3
Propana
-187,7
-42,1
6,5 mL (gas)/ 100 mL
CH3CH2CH2CH2OH
1-Butanol
Butil alkohol
-89,5
117,3
8,0 g/100 mL
CH3(CH2)4OH
1-Pentanol
Pentil
-79
138
2,2 g/100 mL
2.4.4.4 Sifat Kimia Alkohol
Alkohol adalah molekul polar dengan adanya gugus -OH. Gugus fungsi -OH dapat melepaskan proton pada larutan dan dengan demikian alkohol bersifat asam. Pada kasus lain, gugus -OH dapat digantikan. Jadi, reaksi dalam alkohol dapat diklasifikasikan menjadi reaksi yang melibatkan hidrogen asam dan yang melibatkan gugus hidroksi.

2.4.4.5 Reaksi Terhadap Alkohol

Alkohol merupakan senyawa organik yang mengandung gugus alkil dan gugus hidroksil (-OH). Kedua gugus fungsi dalam alkohol dapat bereaksi dengan beberapa reagen. Reaksi-reaksi yang dapat terjadi pada alkohol adalah:

Penggantian Hidrogen dalam Gugus Hidroksi

Hidrogen dalam gugus -OH alkohol dapat digantikan oleh logam aktif, gugus alkali, dan gugus asam.

Penggantian oleh Logam Aktif

Dengan logam Na, alkohol membentuk garam alkoksida disertai pembebasan hidrogen. Contoh:
2 CH3OH + 2 Na → 2 CH3ONa + H2
Dalam reaksi ini, laju reaksi alkohol 1° > alkohol 2° > alkohol 3°, sedangkan garam yang terbentuk dapat terhidrolisis dan menghasilkan alkohol kembali.
CH3ONa + H2O → CH3OH + NaOH

Penggantian oleh Gugus Alkil

Reaksi ini terjadi bila alkohol diubah terlebih dahulu menjadi garam alkoksi dan kemudian direaksikan dengan alkil halida.
2 C2H5OH + 2 Na → C2H5ONa + H2
C2H5ONa + C2H5I → C2H5-O-C2H5 + NaI

Penggantian oleh Gugus Asam

Reaksi penggantian ini dapat berlangsung bila alkohol direaksikan dengan asam, anhidrida asam, atau klorida asam, dan semuanya menghasilkan ester.
C2H5OH + CH3COOH → CH3COOC2H5 + H2O
Dalam reaksi tersebut, hasil samping air dibentuk oleh atom H dari alkohol dan gugus OH dari asam. Tetapi bila digunakan alkohol tersier yang melepaskan gugus OH adalah alkohol, sedangkan asamnya melepaskan H.

 

Penggantian Gugus Hidroksil (OH)

Gugus -OH alkohol dapat digantikan oleh atom halogen bila alkohol direaksikan dengan fosfor halida (PX3 atau PX5). Contoh:
3 C2H5OH + PI3 → C2H5I + H2PO3
C2H5OH + PI5 → C2H5I + HI + POI3
Reaksi penggantian serupa terjadi bila alkohol direaksikan dengan asam halida (HX). Contoh:
C2H5OH + HBr → C2H5Br + H2O
Dalam reaksi alkohol dengan asam-asam halida, laju reaksi yang paling besar adalah pada alkohol tersier, sedangkan pada alkohol sekunder dan alkohol primer laju reaksinya semakin menurun. Contoh yang dapat dikemukakan untuk fakta ini adalah reaksi t-butil alkohol dengan HCl pekat hanya memerlukan waktu beberapa menit dengan kuantitas yang besar pula.

Reaksi Oksidasi

Reaksi oksidasi alkohol ditentukan oleh jenis alkoholnya. Pada oksidasi alkohol primer diperoleh aldehida, alkohol sekunder menghasilkan keton, dan pada alkohol tersier dihasilkan campuran asam karboksilat dan keton yang masing-masing mengandung atom C lebih sedikit daripada alkohol asalnya.

2.4.4.6 Jenis-jenis Alkohol

Klasifikasi alkohol adalah sebagai berikut:

Alkohol Primer

Jika gugus fungsi hidroksi terikat pada atom karbon yang hanya mengikat satu atom karbon yang lain, maka senyawa tersebut dinamakan alkohol primer. Contoh yang paling sederhana adalah etanol. Metanol bukan alkohol primer karena atom karbon yang mengikat gugus -OH tidak mengikat karbon lain.

Alkohol Sekunder

Jika gugus fungsi hidroksi terikat pada atom karbon yang  mengikat dua atom karbon yang lain, maka senyawa tersebut dinamakan alkohol sekunder. Contoh alkohol sekunder adalah 2-propanol.

Alkohol Tersier

Jika gugus fungsi hidroksi terikat pada atom karbon yang mengikat tiga atom karbon yang lain, maka senyawa tersebut dinamakan alkoholtersier. Contoh senyawa alkohol tersier adalah 2-metil-2-propanol.

Vinil Alkohol

Vinil alkohol adalah senyawa yang mempunyai gugus hidroksi yang terikat pada atom karbon berikatan rangkap dua. Contoh senyawa vinil alkohol adalah 2-propenol.

Benzil Alkohol

Benzil alkohol adalah senyawa yang mempunyai gugus hidroksi yang terikat pada gugus benzil. Gugus benzil mempunyai rumus C6H5-CH2-.

Alkohol Dihidrat

Alkohol dihidrat adalah senyawa yang mengandung dua gugus hidroksi. Contoh alkohol dihidrat adalah etilen glikol.

Alkohol Trihidrat

Alkohol triidrat adalah senyawa yang mengandung tiga gugus hidroksi. Contoh alkohol trihidrat adalah gliserol.

2.4.4.7 Manfaat Alkohol

Alkohol sangat banyak peranannya untuk kehidupan manusia. Penggunaan alkohol antara lain:
1.  Etanol digunakan sebagai bahan antiseptik, pelarut parfum, bahan bakar, dan campuran minuman keras.
2.  Campuran antara metanol dan metilen biru membentuk spiritus untuk bahan bakar.
3.  Dapat digunakan untuk pengawetan di bidang medis (selain formalin).
4.  Alkohol merupakan pelarut yang sangat baik.
5.  Etilen glikol bermanfaat untuk pembuatan lem serbaguna.
2.4.5 Eter
2.4.5.1 Pengertian Eter
Eter adalah nama segolongan senyawa organik yang mengandung unsur-unsur C, H, dan O dengan rumus umum R-O-R'. Bila rumus umum ini dikaitkan dengan rumus air (HOH), maka eter dapat dianggap sebagai turunan dialkil dari senyawa air.
Eter dapat digilongkan menjadi dua jenis, yaitu eter simetris dan eter asimetris. Kalau dalam rumus umum eter R = R', maka eter tersebut dinamakan eter sederhana atau eter simetrik. Tetapi bila R ≠ R', dinamakan eter campuran atau eter asimetrik. Di samping yang mempunyai gugus alkil (R) terdapat pula eter yang mengandung gugus aril (Ar) yang rumus umumnya dinyatakan dengan Ar-O-Ar' atau Ar-O-'R.
Di antara eter dan alkohol terdapat isomeri gugus fungsi dalam arti keduanya mempunyai rumus molekul yang sama tetapi gugus fungsinya berbeda. Contoh untuk isomeri fungsi di antara eter dan alkohol ini adalah CH3-O-CH3 dan CH3CH2OH. Perbedaan gugus fungsi tersebut mengakibatkan adanya perbedaan sifat-sifat fisika dan kimia pada eter dan alkohol.

2.4.5.2 Tata Nama Eter

·    Tata Nama IUPAC

Menurut tata nama IUPAC, eter diberi nama sebagai alkoksialkana, dalam arti bahwa eter dipandang sebagai turunan alkoksi suatu alkana. Contohnya adalah metoksimetana, metoksietana, dan 2-metoksipentana yang rumus strukturnya berurutan adalah sebagai berikut:
Bila senyawa yang menurunkannya adalah alkena, maka nama yang  diberikan adalah alkoksialkena. Sebagai contoh adalah 1-metoksipropena yang mempunyai rumus CH3OCH=CHCH3.
Eter yang memngandung gugus aril dinamakan alkoksiarena. Sebagai contoh adalah metoksibenzena yang rumus strukturnya sebagai berikut:

·         Tata Nama Trivial

Tata nama trivial untuk senyawa eter sangat sederhana dengan menyebutkan nama-nama gugus yang terikat pada atom oksigen dan kemudian ditambahkan kata eter. Contohnya adalah CH3OCH2CH3 diberi nama etil metil eter, sedangkan CH3CH2OCH2CH3 diberi nama dietil eter.
Eter merupakan suatu senyawa organik yang tidak terlalu reaktif. Dengan kata lain, eter hanya dapat mengalami reaksi khusus. Reaksi terhadap eter adalah:
Reaksi Oksidasi Eter
Dengan campuran (K2Cr2O7 + H2SO4), eter mengalami oksidasi dengan hasil seperti pada oksidasi alkohol asalnya. Sebagai contoh, dietil eter (yang dibuat dari etanol) bila direaksikan dengan (K2Cr2O7 + H2SO4) menghasilkan asetaldehida.
C2H5-O-C2H5 → 2 CH3CHO
Reaksi Eter dengan Asam
Dengan HI Dingin
Dengan asam iodida dingin, eter menghasilkan alkohol dan alkil iodida. Contoh:
C2H5-O-C2H5 + HI → C2H5OH + C2H5I
Dengan H2SO4 Dingin
Dengan asam sulfat pekat dingin, eter dapat larut. Pemanasan larutan eter dalam asam sulfat pekat mengakibatkan terbentuknya alkohol dan alkil hidrogensulfat. Contoh:
C2H5-O-C2H5 + H2SO4 → C2H5OH + C2H5HSO4
Reaksi Hidrolisis Eter
Bila eter dididihkan dalam air yang mengandung asam (umumnya H2SO4) terjadilah hidrolisis yang memberikan hasil alkohol. Contoh:
C2H5-O-C2H5 + H2O → 2 C2H5OH
Reaksi Eter dengan Halogen
Halogen (klor atau brom) dapat mensubstitusi atom H yang terikat pada atom C alfa (atom C yang berikatan dengan atom O) dalam suatu eter.
C2H5-O-C2H5 + Cl2 → CH3CHCl-O-C2H5 + HCl

2.4.5.4 Manfaat Eter

Penggunaan senyawa eter dalam kehidupan sehari-hari adalah:
1.      Di bidang medis, banyak sekali eter yang digunakan untuk anestesi (bius).
Gambar 2.2 Pengunaan eter dalam bidang kesehatan sebagai obat bius.
2.      Bi bidang otomotif, eter digunakan untuk menghidupkan mesin yang tak mau menyala. Bahkan eter juga digunakan sebagai tambahan bahan bakar sehingga laju mesin lebih kencang.
3.      Di laboratorium, eter merupakan pelarut yang banyak digunakan.

2.4.6 Aldehid dan Keton

2.4.6.1 Pengertian Aldehida dan Keton

Aldehida dan keton merupakan nama dua golongan senyawa organik yang masing-masing mengandung unsur-unsur C, H, dan O. Kedua golongan senyawa ini mempunyai gugus fungsi C=O, oleh karena itu, di antara keduanya terdapat beberapa persamaan sifat.
Rumus umum aldehida adalah R-CHO dan untuk keton adalah R-C(=O)R'. Dari rumus umum tersebut dapat diketahui perbedaan atara atom/gugus yang terikat pada gugus karbonil dalam aldehida dan keton. Perbedaan inilah yang mengakibatkan aldehida dan keton tidak memiliki sifat-sifat yang identik.

2.4.6.2 Tata Nama Aldehida

·         Nama IUPAC Aldehida

Secara sederhana, tata nama IUPAC untuk senyawa aldehida adalah dengan mengubah akhiran -a pada alkana dengan -al untuk aldehida dengan panjang rantai karbon yang sama. Sebagai contoh, jika dalam alkana ada senyawa etana, maka pada aldehida dengan panjang rantai karbon yang sama (2 atom karbon) disebut dengan etanal.
Dan juga aldehida yang mempunyai atom H tersubstitusi dengan atom lain. Maka substituen tersebut dinomori sesuai urutan atom karbon yang mengikatnya.

·         Nama Trivial Aldehida

Nama trivial untuk golongan aldehida sangat tergantung  dari senyawa hasil oksidasi aldehida yang bersangktan. Sebagai contoh, CH3COOH dapat diperoleh dari oksidasi senyawa CH3CHO. Oleh karena CH3COOH disebut dengan asam asetat, maka CH3CHO disebut dengan asetaldehida.  Dengan cara yang sama, maka dapat diketahui bahwa asam benzoat berasak dari oksidasi benzaldehida.
Substitusi atom H juga dipertimbankan untuk nama trivial. Untuk nama trivial aldehida, substituen dinomori dengan simbol α, β, γ dan seterusnya. Contoh:
Inilah perbandingan nama IUPAC dan trivial aldehida:

2.4.6.3 Tata Nama Keton

·         Nama IUPAC Keton

Tata nama IUPAC pada keton hanya mengganti akhiran -a pada alkana dengan -on untuk keton dengan jumlah rantai karbon yang sama. Sebagai contoh, jika dalam alkana ada propana, maka dalam keton ada propanon, yang masing-masing mempunyai jumlah rantai karbon yang sama, yaitu tiga. Keton merupakan salah satu senyawa karbonil, yang artinya mempunyai gugus karbonil (C=O) pada strukturnya. Oleh karena rumus umum keton adalah R(C=O)R', maka keton yang paling pendek adalah propanon.
Nomor posisi gugus karbonil dalam rantai karbon ditulis di bagian depan. Jika ada gugus fungsi lain, maka penomoran dimulai dari atom C ujung yang berdekatan dengan gugus karbonil. Contoh:

·         Nama Trivial Keton

Pemberian nama trivial untuk keton menggunakan cara yang sama untuk eter, yaitu dengan cara menyebutkan gugus-gugus yang terikat pada gugus karbonil, kemudian diikuti dengan menyebutkan kata keton.
Ada juga nama populer untuk keton. Sebagai contoh, dimetil keton sering disebut aseton, sedangkan fenil metil keton disebut dengan asetofenon. Inilah rumus struktur asetofenon.
Nama trivial untuk keton juga dapat menggunakan sistem α, β, γ sesuai dengan posisi substituen yang terikat dihitung dari gugus karbonil. Contoh:

2.4.6.4 Sifat Fisika dan Kimia Aldehida-Keton

·         Sifat Kimia Aldehida dan Keton

Secara umum, aldehida dan keton mempunyai titik didih yang lebih tinggi dibandingkan dengan alkena karena adanya gaya tarik menarik dipol-dipol yang lebih kuat. Aldehida dan keton merupakan senyawa polar. Perbedaan elektronegativitas antara atom penyusun gugus karbonil (atom C dan O) sangatlah besar.
Aldehida dan keton mempunyai titik didih yang lebih rendah dibandingkan alkohol. Tidak seperti gugus hidroksi yang dimiliki oleh alkohol, gugus karbonil tidak dapat membentuk ikatan hidrogen antara satu dengan yang lainnya. Namun demikian, aldehida dan keton dapat membentuk ikatan hidrogen dengan alkohol. Maka dari itu, aldehida dan keton lebih larut dalam air dibandingkan alkena.

·         Sifat Fisika Aldehida dan Keton

Aldehida dengan rantai satu (formaldehida) berbentuk gas. Asetaldehida (rantai dua) berwujud cairan dengan titik didih 21º C. Aldehida dan keton dengan panjang rantai karbon 3-12 juga berbentuk cairan tak berwarna. Jika lebih panjang dari tiga rantai, maka aldehida dan keton berbentuk padat.

2.4.6.5  Manfaat Aldehida dan Keton

Aldehida ditemukan pada tumbuhan, yakni senyawa vanilin pada tanaman vanili, dan sinamaldehida pada kayu manis. Kebanyakan aldehida alami digunakan sebagai pemberi aroma pada makanan. Aldehida paling sederhana (formaldehida) digunakan untuk bahan pengawet mayat di dunia medis.
Sedangkan keton diproduksi massal untuk keperluan pelarut dalam industri, prekursor polimer, dan farmasi. Aseton digunakan untuk pelarut getah dan resin. Isobutil metil keton dipakai dalam bidang polimer, terutama untuk melarutkan nitroselulosa dan getah.

2.4.6.6  Reaksi Kondensasi Aldol

·         Kondensasi Aldol

Reaksi kondensasi aldol dapat dilangsungkan oleh senyawa aldehida yang mempunyai hidrogen α. Reaksi kondensasi aldol terjadi pada satu jenis aldehida dengan adanya asam atau basa encer. Senyawa hasil reaksi kondensasi aldol adalah aldehida β-hidroksi yang sering disebut dengan senyawa aldol. Senyawa aldol adalah senyawa yang mempunyai gugus fungsi aldehida dan alkohol sekaligus.

·         Kondensasi Aldol Ketonik

Senyawa golongan keton kurang reaktif untuk melangsungkan reaksi kondensasi aldol dibandingkan golongan  aldehida. Namun demikian, sejumlah sedikit produk reaksi masih dapat dihasilkan. Produk kondensasi aldol senyawa keton akan mengalami dehidrasi secara cepat membentuk produk terstabilisasi resonansi. Adanya dehidrasi membuat reaksi kondensasi aldol mengalami kompleksasi.

·         Oksidasi Aldehida dan Keton

Reaksi oksidasi terhadap aldehida menggunakan reagen oksidator yang bervariasi akan menghasilkan asam karboksilat. Oksidator yang paling umum digunakan untuk aldehida adalah kalium dikromat. Aldehida juga dapat teroksidasi menjadi asam karboksilat oleh oksigen bebas di udara.

Senyawa golongan keton sukar dioksidasi menggunakan oksidator apa pun, termasuk kalium dikromat dan oksigen molekuler. Aldehida mudah dioksidasi sedangkan keton tidak bisa dioksidasi. Perbedaan kedua golongan senyawa ini secara sederhana dapat diketahui melalui suatu uji.
Untuk menentukan suatu zat apakah aldehida atau keton, dapat dilakukan langkah  pengujian dengan oksidator ringan. Jika dapat dioksidasi, maka senyawa tersebut adalah aldehida, sedangkan jika tidak maka senyawa tersebut pasti golongan keton. Pengujian sederhana ini dapat menggunakan pereaksi Tollens melalui reaksi cermin perak. Reaksi cermin perak adalah sebagai berikut:

·         Reduksi Aldehida dan Keton

Aldehida direduksi menghasilkan alkohol primer, sedangkan keton menghasilkan alkohol sekunder.
Reduksi ikatan rangkap C=O lebih sulit direduksi daripada ikatan rangkap C=C. Dengan demikian, jika suatu senyawa mengandung gugus C=O dan C=C dikenai reaksi reduksi, maka C=C akan tereduksi terlebih dahulu.
2.4.7 Asam Karboksilat
2.4.7.1 Pengertian
Asam Karboksilat  disebut golongan asam alkanoat. Asam karboksilat merupakan senyawa karbon yang mempunyai gugus karboksil – COOH. Istilah karboksil berasal dari duagugus, yaitu gugus karbonil (-CO-) dan gugus hidroksil (-OH). Asam karboksilat merupakan turunan dari alkana dimana sebuah atom H dari alkana diganti gugus – COOH. Rumus umum asam karboksilat adalah R-COOH atau CnH2nO2. Asam karboksilat adalah suatu senyawa organik yang mengandung gugus karbonil (-COOH ), misalnya : asam formiat, asam asetat, asam propionnat, asam butirat, dan lain-lain. Asam asetat dapat dihasilkan dengan mereaksikan Na-asetat dengan K-hidrosulfat. Suatuester karboksilat adalah suatu senyawa yang mengandung gugus -COOR dengan R yang berupa alkil atau aril. Ester ini dapat di bentuk dengan mereaksikan langsung suatu asam karboksilat dengan suatu alkohol. Reaksi ini di sebut reaksi esterifikasi, yang berkataliskan asam dan bersifat reversibel.

2.4.7.2 Tata Nama Asam Karboksilat

·         Nama IUPAC Asam Karboksilat

Rumus umum untuk asam karboksilat alifatik adalah RCOOH dan untuk asam karboksilat aromatik adalah ArCOOH. Nama IUPAC untuk asam karboksilat alifatik tersebut diturunkan dari nama alkana untuk rantai karbon terpanjang yang mengandung gugus karboksil, dengan meniadakan akhiran -a pada nama alkana tersebut dan menggantinya dengan akhiran -oat, kemudian di depan ditambahkan kata asam. Maka dari itu, asam karboksilat sering disebut sebagai asam alkanoat. Penomoran pada rantai terpanjang dimulai pada atom karbon gugus karboksil. Sebagai contoh, HCOOH mempunyai nama IUPAC asam metanoat, sedangkan CH3COOH adalah asam etanoat.
Untuk nama asam karboksilat aromatik, ArCOOH yang diturunkan dari benzena dengan rumus struktur C6H5COOH diberi nama asam benzoat.
            Dalam tata nama IUPAC asam karboksilat, gugus -COOH mempunyai prioritas paling tinggi, sehingga dalam penomoran pada rantai atom karbonnya, atom C pada gugus -COOH diberi nomor urut pertama.
          Asam-asam dikarboksilat diberi nama dengan menambahkan dioat pada nama alkana untuk rantai atom karbon terpanjang yang mengandung kedua gugus karboksil. Nomor atom C gugus karboksil tidak perlu ditunjukkan apabila kedua gugus karboksil berada pada ujung-ujung rantai atom karbonnya. Contoh:

Untuk asam dikarboksilat aromatik yang diturunkan dari benzena digunakan akhiran dikarboksilat. Contoh:

·                Nama Trivial Asam Karboksilat

Asam-asam karboksilat alifatik telah dikenal jauh sebelum perkembangan teori struktur dan tata nama IUPAC. Nama trivial untuk asam-asam tersebut berkaitan dengan nama sumbernya atau ciri-ciri khas yang dimilikinya. Dalam tabel di bawah ini tercantum nama trivial asam karboksilat rantai lurus tak bercabang.
Dalam nama trivial, adanya gugus karbonil dalam suatu asam karboksilat tersubsitusi ditunjukkan dengan awalan keto-. Contoh:
Asam karboksilat di atas dapat juga diberi nama asam asetoasetat, karena dapat dianggap sebagai asam asetat yang sebuah atom H digantikan oleh gugus CH3C=O (gugus asetil atau aseto).
Inilah tabel tata nama asam karboksilat lengkap:
Tabel 2.3 Tata nama asam karboksilat
Atom Karbon
Nama Umum
Nama IUPAC
Rumus Kimia
Ditemukan di
1
Asam format
Asam metanoat
HCOOH
Sengatan serangga
2
Asam asetat
Asam etanoat
CH3COOH
Cuka
3
Asam propionat
Asam propanoat
CH3CH2COOH
Pengawetan gandum
4
Asam butirat
Asam butanoat
CH3(CH2)2COOH
Mentega tengik
5
Asam valerat
Asam pentanoat
CH3(CH2)3COOH
Valerian
6
Asam kaproat
Asam heksanoat
CH3(CH2)4COOH
Lemak kambing
7
Asam enantat
Asam heptanoat
CH3(CH2)5COOH
8
Asam kaprilat
Asam oktanoat
CH3(CH2)6COOH
Kelapa dan santan
9
Asam pelargonat
Asam nonanoat
CH3(CH2)7COOH
Pelargonium
10
Asam kaprat
Asam dekanoat
CH3(CH2)8COOH
11
Asam undesilat
Asam undekanoat
CH3(CH2)9COOH
12
Asam laurat
Asam dodekanoat
CH3(CH2)10COOH
Minya kelapa dan sabun
13
Asam tridesilat
Asam tridekanoat
CH3(CH2)11COOH
14
Asam miristat
Asam tetradekanoat
CH3(CH2)12COOH
Pala
15
Asam pentadekanoat
CH3(CH2)13COOH
16
Asam palmitat
Asam heksadekanoat
CH3(CH2)14COOH
Minyak palem
17
Asam margarat
Asam heptadekanoat
CH3(CH2)15COOH
18
Asam stearat
Asam oktadekanoat
CH3(CH2)16COOH
Coklat, lilin, sabun, minyak
20
Asam arakhidat
Asam ikosanoat
CH3(CH2)18COOH
Kacang tanah

2.4.7.3 Reaksi Dekarboksilasi

Dekarboksilasi adalah lepasnya CO2 dari gugus karboksil suatu senyawa. Hampir semua asam karboksilat jika dipanaskan pada suhu tinggi mengalami reaksi dekarboksilasi termal.
Pada suhu sedang, sebagian besar asam karboksilat tidak mengalami dekarboksilasi tetapi hanya melebur atau mendidih. Yang termasuk perkecualian adalah asam karboksilat yang mengandung gugus karbonil pada posisi β. Asam dengan tipe ini mengalami dekarboksilasi dengan cepat pada suhu sedang.
Reaksi dekarboksilasi seperti di atas merupakan sifat unik dari asam 3-oksokarboksilat (suatu asam β-keto) karena memang tidak dijumpai pada asam-asam β-keto yang lain.
Keberadaan gugus karbonil yang berposisi β mempermudah dekarboksilasi, termasuk pula pada gugus -COOH atau -COOR (ester). Sebagai contoh, asam malonat dan asam malonat yang tersubstitusi akan mengalami dekarboksilasi bila dipanaskan pada suhu sedikit di atas titik leburnya.

2.4.7.4 Reaksi Esterifikasi

Esterifikasi adalah reaksi pengubahan dari suatu asam karboksilat dan alkohol menjadi suatu ester dengan menggunakan katalis asam. Reaksi ini juga sering disebut esterifikasi Fischer. Ester adalah suatu senyawa yang mengandung gugus -COOR dengan R dapat berbentuk alkil maupun aril. Suatu ester dapat dibentuk dengan reaksi esterifikasi berkatalis asam. Reaksi esterifikasi merupakan reaksi dapat balik (reversible).
Laju esterifikasi suatu asam karboksilat bergantung terutama pada halangan sterik dalam alkohol dan asam karboksilatnya. Kuat asam dari asam karboksilat hanya memainkan peranan kecil dalam pembentukan ester. Untuk alasan sterik, urutan reaktivitas alkohol untuk reaksi esterifikasi adalah metanol > alkohol 1º > alkohol 2º > alkohol 3º.

Contoh Reaksi Esterifikasi

Contoh reaksi esterifikasi adalah reaksi antara asam asetat dan etanol membentuk etil asetat. Reaksinya adalah:

Mekanisme Reaksi Esterifikasi

Seperti banyak reaksi aldehida dan keton, esterifikasi asam karboksilat berlangsung melalui serangkaian tahap protonasi dan deprotonasi. Oksigen karbonil diprotonasi, alkohol nukleofilik menyerang karbon positif, dan eliminasi air akan menghasilkan ester yang dimaksud. Inilah mekanisme reaksi esterifikasi:
Perhatikan bahwa dalam reaksi esterifikasi, ikatan yang terputus adalah ikatan C-O asam karboksilat dan bukan -OH dari asam atau ikatan C-O dari alkohol.
Reaksi esterifikasi bersifat reversibel. Untuk memperoleh rendemen tinggi dari ester, kesetimbangan harus digeser ke arah sisi ester. Satu teknik untuk mencapainya adalah menggunakan salah satu zat pereaksi yang murah secara berlebihan. Teknik lain yaitu membuang salah satu produk dalam campuran reaksi (misalnya dengan destilasi air secara azeotropik).
Dengan bertambahnya halangan sterik dalam zat antara, laju pembentukan ester akan menurun. Rendemen esternya pun berkurang. Alasannya ialah karena esterifikasi itu merupkan suatu reaksi yang bersifat dapat balik dan spesies yang kurang terintangi (pereaksi) akan lebih disukai. Jika suatu ester yang meruah (bulky) harus dibuat, maka lebih baik digunakan jalur sintesis lain, seperti reaksi antara alkohol dengan suatu anhidrida asam atau klorida asam, yang lebih reaktif daripada asam karboksilat dan dapat bereaksi secara tak dapat balik.
Ester fenil umumnya tidak dibuat dengan secara langsung dari fenol dan asam karboksilat karena kesetimbangan cenderung bergeser ke sisi pereaksi daripada produk. Ester fenil dapat diperoleh dengan menggunakan derivat asam yang lebih reaktif.

2.4.7.5 Reaksi Adisi

Reaksi adisi adalah reaksi penggabungan dua atau lebih molekul menjadi sebuah molekul yang lebih besar dengan disertai berkurangnya ikatan rangkap dari salah satu molekul yang bereaksi akibat adanya penggabungan. Biasanya satu molekul yang terlibat mempunyai ikatan rangkap. Contoh reaksi adisi adalah reaksi antara etena dengan gas klorin membentuk 1,2-dikloroetana.
Reaksi adisi hanya terbatas pada molekul yang mempunyai ikatan rangkap, seperti alkena dan alkuna. Molekul yang mempunyai ikatan rangkap karbon-hetero seperti gugus karbonil (C=O) atau imina (C=N) dapat melangsungkan reaksi adisi karena juga mempunyai ikatan rangkap.
Reaksi adisi merupakan kebalikan dari reaksi eliminasi. Sebagai contoh, reaksi hidrasi alkena dan dehidrasi alkohol merupakan pasangan reaksi adisi-eliminasi.

Jenis Reaksi Adisi

Ada dua jenis reaksi adisi polar yaitu adisi nukleofolik dan adisi elektrofilik. Dua reaksi adisi non-polar disebut dengan sikloadisi dan adisi radikal bebas. Reaksi adisi juga dilangsungkan dalam polimerisasi, yang disebut dengan polimerisasi adisi.



2.4.7.6 Reaksi Adisi-Eliminasi

          Reaksi adisi-eliminasi adalah reaksi adisi yang diikuti oleh reaksi eliminasi. Sebagian besar reaksi melibatkan adisi nukleofil terhadap senyawa karbonil yang disebut dengan substitusi asil nukleofilik.
Reaksi adisi-eliminasi yang lain terjadi pada amina alifatik terhadap imina dan amina aromatik terhadap basa Schiff dalam alkilamino-de-okso-bisubstitusi. Hidrolisis nitril menjadi asam karboksilat juga membentuk reaksi adisi-eliminasi.

2.4.7.7 Reaksi Eliminasi

Reaksi eliminasi adalah suatu jenis reaksi organik dimana dua substituen dilepaskan dari sebuah molekul baik dalam satu atau dua langkah mekanisme. Reaksi satu langkah disebut dengan reaksi E2, sedangkan reaksi dua langkah disebut dengan reaksi E1. Harap diingat bahwa simbol angka pada huruf E (yang berarti elimination) tidak melambangkan jumlah langkah. E2 dan E1 menyatakan kinetika reaksi, yaitu berturut-turut bimolekuler dan unimolekuler.
Pada sebagian besar reaksi eliminasi organik, minimal satu hidrogen dilepaskan membentuk ikatan rangkap dua. Dengan kata lain akan terbentuk molekul tak jenuh. Hal tersebut memungkinkan sebuah molekul melangsungkan reaksi eliminasi reduktif, dimana valensi atom pada molekul menurun dua. Jenis reaksi eliminasi yang penting melibatkan alkil halida, dengan gugus pergi (leaving group) yang baik, bereaksi dengan basa Lewis membentuk alkena. Perhatikan contoh reaksi eliminasi berikut ini:
Reaksi eliminasi adalah kebalikan dari reaksi adisi. Ketika senyawa yang tereliminasi asimetris, maka regioselektivitas ditentukan oleh aturan Zaitsev.

2.4.7.8 Reaksi Substitusi

Reaksi substitusi adalah suatu reaksi penggantian gugus fungsional pada senyawa kimia tertentu dengan gugus fungsional yang lain. Dalam kimia organik, reaksi substitusi elektrofilik dan nukleofilik merupakan yang paling penting dan banyak digunakan. Reaksi substitusi organik dikategorikan menjadi beberapa tipe berdasarkan reagen yang berperan, apakah termasuk nukleofil atau elektrofil. Intermediet yang terlibat dalam reaksi substitusi dapat berupa karbokation, karbanion, atau radikal bebas.

Contoh Reaksi Substitusi

Contoh yang paling sederhana untuk reaksi substitusi adalah reaksi klorinasi metana. Produk yang dihasilkan merupakan haloalkana yaitu metil klorida.
CH4 + Cl2 → CH3Cl + HCl

2.4.8 Polimer

2.4.8.1 Pengertian Polimer

Polimer merupakan senyawa kimia yang mempunyai massa molekul sangat tinggi dan tersusun dari unit ulangan sederhana yang tergabung melalui proses polimerisasi. Kata polimer berasal dari bahasa Yunani πολύς (polus yang berarti banyak) dan μέρος (meros yang berarti bagian), yang mana menunjuk pada struktur polimer yang tersusun atas unit ulangan.
Unit ulangan polimer adalah molekul sederhana bermassa rendah yang disebut dengan monomer. Polimer terbuat dari ratusan hingga ribuan unit monomer, hampir sama dengan makromolekul. Contoh makromolekul adalah karbohidrat, lipida dan protein, sedangkan contoh polimer adalah PVC, polietena. Semua polimer merupakan makromolekul, sedangkan tidak semua makromolekul adalah polimer.
Polimer mempunyai banyak variasi sifat, dan itulah mengapa polimer mempunyai banyak sekali kegunaan dalam kehidupan sehari-hari. Di era modern, hampir setiap bagian hidup manusia melibatkan polimer. Termasuk jenis polimer antara lain plastik, elastomer, serat, cat dan bahan pelapis. Penggunaan polimer dalam perkakas rumah tangga, alat transportasi, alat komunikasi dan alat elektronika sangat besar cakupannya.

2.4.8.2 Penggunaan Polimer

Polimer sangat besar manfaatnya dalam kehidupan manusia. Contoh kegunaan polimer dalam kehidupan sehari-hari adalah:
1.      Poliuretan, polimer dari etilen glikol dan etilen diisosianat digunakan untuk industri cat dan isolator panas.
2.      Polivinil klorida (PVC) digunakan untuk membuat pipa paralon, mainan, pembungkus kabel, botol, dsb.
3.      Polistirena digunakan untuk bahan televisi dan radio.
4.      Poliakrilonitril digunakan untuk serat orlon dan film akrilon.
5.      Kevlar digunakan untuk pembuatan baju anti peluru.
6.      Polimetaakrilat (kaca akrilik) digunakan untuk bahan elektronika.
7.      Lateks digunakan untuk bahan material polivinil asetat.
8.      Poliester digunakan untuk membuat bahan pakaian.

2.4.8.3 Sifat Kimia Polimer

Gaya tarik menarik antara rantai polimer memainkan peranan yang besar terhadap sifat polimer. Karena rantai polimer sangat panjang, gaya antar rantai menjadi berlipat ganda dibandingkan tarik-menarik antara molekul biasa. Gugus samping yang berbeda dapat mengakibatkan polimer berikatan ion atau ikatan hidrogen pada rantai yang sama. Semakin kuat gaya akan berakibat pada naiknya kuat tarik, titik leleh, dan tingkat kristalinitas.
Gaya intermolekuler pada polimer dapat dipengaruhi oleh dipol pada unit monomer. Polimer yang mengandung gugus amida atau karbonil dapat membentuk ikatan hidrogen antara rantai yang berdekatan. Atom hidrogen yang bermuatan positif pada gugus N-H akan tertarik kuat pada oksigen yang bermuatan negatif pada gugus C=O. Ikatan hidrogen yang kuat ini akan berimbas ada naiknya kuat tarik dan titik leleh, misalnya pada polimer yang mengandung uretan atau urea. Poliester mempunyai ikatan dipol-dipol antara atom oksigen pada C=O dengan atom hidrogen pada gugus C-H. Ikatan dipol tidak sekuat ikatan hidrogen, jadi titik leleh poliester lebih rendah, tetapi mempunyai fleksibilitas yang tinggi.
Etena tidak mempunyai dipol permanen. Gaya tarik antara polietilen ditimbulkan karena gaya van der Waals yang lemah. Molekul dapat menjadi kuat karena dikelilingi oleh awan elektron. Pada saat dua rantai polimer mendekat, elektron-elektron kedua molekul akan bertolakan satu sama lain. Akibatnya densitas elektron akan menurun pada satu sisi rantai polimer, membuat dipol positif kecil pada sisi tersebut. Muatan ini tidak cukup untuk untuk menarik rantai polimer lain. Gaya van der Waals bersifat lemah, dengan demikian polietilen mempunyai titik leleh yang rendah dibandingkan polimer lain.

2.4.8.4 Klasifikasi Polimer Berdasarkan Sumber atau Asal

Berdasarkan asalnya, polimer dapat dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu:

Polimer alam

Jenis polimer ini terdapat di alam, yaitu pada hewan dan tumbuhan. Sebagai contoh adalah protein, selulosa, dan karet. Polimer alam biasanya terbentuk oleh proses polimerisasi kondensasi.
Gambar 2.3 Getah karet

Polimer semi sintetis

Turunan polimer alam sering disebut sebagai polimer semi sintetis. Sebagai contoh, selulosa asetat adalah turunan selulosa yang terbentuk dari asetilasi selulosa dan digunakan untuk membuat kaca dan film.

Polimer sintesis

Polimer sintesis adalah polimer yang dibuat oleh manusia dan sering ditemukan pada kehidupan sehari-hari, seperti serat, plastik dan karet buatan. Polimer sintetis (buatan) biasanya terbentuk oleh proses polimerisasi adisi.
Gambar 2.4 Pipa yang terbuat dari plastik.

2.4.8.5 Polimerisasi Kondensasi

Polimerisasi kondensasi adalah proses pembentukan polimer melalui penggabungan molekul-molekul kecil melalui reaksi yang melibatkan gugus fungsi, dengan atau tanpa diikuti lepasnya molekul kecil. Dengan kata lain, polimerisasi kondensasi hanya dilangsungkan oleh monomer yang mempunyai gugus fungsional. Molekul kecil yang dilepaskan biasanya adalah air. Selain itu, metanol juga sering dihasilkan sebagai efek samping polimerisasi kondensasi.

Contoh Polimerisasi Kondensasi

Contoh polimerisasi kondensasi adalah pembentukan selulosa dari monomer (unit ulangan) yaitu glukosa. Glukosa sebanyak n akan bergabung membentuk rantai dan air dengan jumlah (n-1). Pada polimerisasi selulosa, dua monomer glukosa bergabung, mengkondensasikan molekul air, kemudian melepaskan atom oksigen yang menghubungkan dua monomer. Proses ini terus berlanjut sehingga membentuk rantai.

Contoh lain polimer kondensasi adalah poliester, polikarbonat, poliurea, nilon, aramid, dan poliuretan.

2.4.8.6 Contoh soal
1.      Etanol dan dimetil eter dapat dibedakan dengan cara?
Jawab :
1.      Reaksi dengan natrium
2.      Penentuan titik didih
3.      Reaksi oksidasi

2.      Senyawa C3H6O dapat berupa?
Jawab :
1.      Propanal
2.      Propanon

3.    Senyawa berikut yang bersifat optis-aktif adalah
Jawab :
1.      2 - butanol
2.      Asam 2 - hidroksipropanoat
3.      3 metil pentanal

4.    CH3 – CH2OH → CH2 = CH2 →CH3 – CH2Cl →CH3 – CH2NH2
Jenis reaksi di atas, dari kiri ke kanan, berturut-turut
Jawab :
Eliminasi, adisi, substitusi

5.    Yang bukan merupakan sifat-sifat asam amino adalah
A.    Bersifat optis aktif kecuali glisin
B.     Bersifat amfoter
C.     Dapat membentuk ion Zwitter
D.    Semuanya dapat disintesis dalam tubuh
Jawab : D


BAB 3
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Dari beberapa sumber yang kami peroleh dapat disimpulkan bahwa materi kimia organik mencakup alkana ( CnH2n+2 ), alkena ( CnH2n ), alkuna ( CnH2n-2 ), alkohol, eter, aldehida, keton, polimer. Dari masing-masing materi tersebut mempunyai sifat fisik dan kimia serta tata nama sendiri. Selain itu ternyata kimia organik mempunyai manfaat dan daya guna yang sangat luas dalam kehidupan sehari-hari.
3.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini kami harap para pembaca mampu memberikan masukan yang nantinya bisa membangun lebih baik lagi.













DAFTAR PUSTAKA
Maulana, Puri.2013. Contoh Kegunaan dan Manfaat Senyawa Organik di Bidang Kesehatan, Obat-obatan, Kimia. http://perpustakaancyber.com/2013/04/contoh-kegunaan-dan-manfaat-senyawa-organik-di-bidang-kesehatan-obat-obatan-kimia.html
Sumbono, aung.2012.Kimia Organik 1. http://aungsumbono.blogspot.com/
Triantoro, anggit.2010. Sejarah Kimia Organik.http://anggittriantoro.blogspot.com/
Utami, budi.2011.Contoh Penggunaan Senyawa Hidrokarbon dalam Berbagai Bidang.www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-sma-ma/contoh-penggunaan-senyawa-hidrokarbon-dalam-berbagai-bidang/
(no name).kulonprogo.pun.bz/sejarah-kimia-organik.xhtml
(no name).id.wikipedia.org/wiki/Kimia_organik


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar